Siaran Pers

Tim Satgas Kolaborasi Kemanusiaan DKI Berikan Layanan Dukungan Psikososial Bagi Anak-Anak Penyintas Gempa Pasaman Barat

Siaran Pers Nomor:2997/SP-HMS/03/2022, Diskominfotik DKI Jakarta

UPT PDIK Selasa, 08 Maret 2022
Tim Satgas Kolaborasi Kemanusiaan DKI Berikan Layanan Dukungan Psikososial Bagi Anak-Anak Penyintas Gempa Pasaman Barat
Layanan Dukungan Psikososial Bagi Anak-Anak Penyintas Gempa Pasaman Barat

Tak hanya memberikan bantuan secara fisik, Satgas Kolaborasi Kemanusiaan DKI Jakarta juga memberikan Layanan psikis berupa Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi anak-anak penyintas gempa bumi Pasaman Barat, Sumatera Barat. Layanan dukungan psikososial/Psychological First Aid (PFA) dilaksanakan di Kampung Lubuk Panjang, Kecamatan Talamau dan Pos Pengungsian halaman Rumah Dinas Bupati Pasaman Barat.

Total sebanyak 60 anak mengikuti LDP di dua lokasi tersebut. Didampingi orang tuanya, mereka tampak antusias mengikuti kegiatan yang dilaksanakan, antara lain bermain, bernyanyi, dan mendengarkan dongeng. Upaya pemulihan psikologis bagi orang-orang terdampak bencana/krisis ini juga disertai dengan pemberian bantuan logistik, makanan, dan minuman.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, selaku Ketua Tim Satgas Kolaborasi, Isnawa Adji mengatakan, Layanan Dukungan Psikososial diberikan kepada para penyintas untuk mengembalikan kesehatan mental atau psikologi setelah terdampak gempa bumi.

“Awalnya mereka hanya duduk dan diam, seperti takut, kurang berinteraksi. Begitu kita ajak bermain baru di situ keluar lagi jiwa kekanak-kanakan mereka yang ingin bermain dan interkasi dengan teman sebayanya. Mereka sudah mulai mau membuka diri berbicara dengan orang asing, contohnya tim Satgas DKI,” ungkap Isnawa, Senin (7/3).

Isnawa menambahkan, kegiatan PFA memiliki tujuan mengurangi reaksi stres, menenangkan, dan membuat rasa nyaman, serta menjalin koneksi ke sumber bantuan lain. Diharapkan, melalui layanan PFA bisa memberikan suasana senang pada anak-anak dan remaja tanpa memikirkan kondisi yang mereka alami saat ini, sehingga trauma pascabencana yang dialami anak-anak dan remaja penyintas gempa bumi Pasaman Barat dapat perlahan hilang.

“Diharapkan mereka bisa beraktivitas dan melakukan kegiatan seperti anak-anak pada umumnya atau sebelum bencana terjadi, sehingga mereka bisa melupakan kejadian yang mereka alami,” pungkas Isnawa.